Kata Azimat

Kata Azimat
" Usaha itu Perlu, Doa itu Pembantu, Allah itu Penentu"... "Setiap Ilmu Yg Dipelajari perlu kepada Bimbingan Akal serta Panduan Iman Agar tidak tersasar dari Landasannya"... "Tiada tali yang paling erat selain tali silaturrahim, Tiada pintu yang pling kukuh selain pintu hati.., Tiada hutang yang pling berat selain hutang budi.., Tiada pemberian yang paling berharga selain memberi maaf"..."Allah sentiasa bersama hamba-hambaNya selagi hamba- hambanyaNya mengingatinya"... "Setiap Ujian Yang Datang Daripada Allah.., Pasti akan ada hikmahnya..,Terpulang pada diri untuk menilainya"... "The More We Learn..., The More We Know that We Are So Stupid.."......"Ukhuwah yang dibina di antara kita biarlah seperti seutas tasbih..,, ada awal.., tiada penghujungnya,,,,, dicipta untuk mengingati-Nya...dibahagi untuk cinta-Nya..,, dan diratib demi keredhaan-Nya..Ukhuwah itu umpama ikatan tasbih.. Butir-butir tasbih mewakili roh-roh yang terjalin, manakala ikatan tali tasbih mewakili ukhuwah tersebut.. Sekiranya ikatan tersebut tidak diketahui dan terputus.., maka bercerailah roh-roh tersebut dan menjadi jauh..;')

Monday, February 7, 2011

"Abu Jahal Firaun Umat"





Abu Jahal Pembesar Sialan!!!!

Pengucapan Diri Ana :


Pada entri kali ini, saya akan cuba membawa sidang pembaca sekalian beserta dengan diri saya sendiri supaya kembali mengingati sejarah zaman Nabi kita Muhammad SAW pada suatu ketika dahulu. Pada kali ini, saya akan membawa kalian semua mengenali dengan lebih mendalam mengenai seorang pembesar Quraisy yang paling banyak melakukan penentangan terhadap dakwah Nabi Muhammad SAW. Beliau yang saya maksudkan ialah Abu Jahal yang mana lebih digelar sebagai sebagai “Fira’un Umat” oleh Nabi Muhammad SAW sendiri. Beliau adalah antara individu yang sentiasa mempamerkan permusuhan terhadap agama Allah ini iaitu agama Islam dan juga merupakan  seorang yang paling banyak menimbulkan kekacauan terhadap orang-orang Islam lebih-lebih lagi terhadap junjungan besar kita iaitu Nabi Muhammad SAW. Sebelum sidang pembaca sekalian mengikuti perkembangan cerita yang akan saya coretkan di blog ini, terlebih dahulu saya ingin memohon maaf sekiranya terdapat kesalahan atau percanggahan fakta2 yang meragukan. Entri saya pada kali ini adalah bersumberkan daripada sebuah buku yang saya pinjam di Perpustakaan IPGM Sultan Mizan. “Mudah-mudahan Allah kurniakan kepada kita ilmu-ilmu yang bermanfaat untuk dijadikan pedoman dan panduan hidup sekalian umat”.


SEKILAS INFO MENGENAI ABU LAHAB
Abu Jahal Amru bin Hisyam berasal dari Bani Abdid-Dar yamg memiliki kedudukan terpandang di samping Bani Abdi Manaf. Namun orang-orang Bani Abdid-Dar menganggap Bani Abdi manaf lebih tinggi darjatnya daripada mereka.
Abu Jahal adalah seorang hartawan, hidup dalam kesenangan dan tidak meyakini bahawa suatu saat nanti akan adanya hari perhitungan amal (Yaumul Hisab). Perwatakan Abu jahal boleh digambarkan sebagai seorang yang sangat keras dan degil, fikirannya selalu menolak kebenaran, dan selalu memelihara tradisi lama Jahiliah, seperti yang diisyaratkan Allah dalam Al-Quran :
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (Surah Al-Baqarah :170)


ABU JAHAL MEMIMPIN PERMUSUHAN
Sejak kedatangan Nabi Muhammad SAW, Abu Jahal tetap bertahan dalam kesalahannya dan bersikap bengis dalam permusuhannya terhadap Rasulullah SAW. Hatinya begitu kesat dan sangat berani dalam menyeksa kaum muslimin. Umar Bin Khattab (sebelum masuk Islam) juga ikut bergabung dalam penyeksaan itu bersamanya. Umar juga pada dahulu kalanya, seorang yang sama-sama keras, sehingga akhirnya Rasulullah SAW berdoa’  : “Ya Allah, aku serahkan kepada-Mu dua Umar agar Engkau beri petunjuk, iaitu Amru Bin Hisyam dan Umar Bin Khattab.”
Maka Umar Bin Khattab mendapat hidayah masuk Islam dan bergabung bersama Nabi SAW, manakala Abu Jahal terus menyeksa orang-orang Islam dengan seksaan yang kejam dan terus-menerus, terutama terhadap keluarga Yasir. Kekejaman tindakan Abu Jahal ini, hingga dia akhirnya telah tega membunuh Sumayyah, yaitu isteri Yasir dengan cara pembunuhan yang paling kejam dan amat-amat-amat menyayat hati sekali. Sumayyah telah dibunuh oleh Abu jahal dengan melemparkan sebatang tombak kecil pada kemaluannya. Akibat daripada itu, Sumayyah akhirnya telah gugur sebagai syahidah pertama dalam Islam. Perbuatan Abu Jahal tersebut boleh saya gambarkan sebagai manusia yang berperwatakan seperti Iblis. Tidak ada langsung rasa simpati atau belas kasihan terhadap wanita syuhada ini (Sumayyah). Pada zaman muasir ini, ramai dalam kalangan golongan artis khususnya dalam era nasyid moden yang kini banyak membawakan lagu-lagu yang berkisarkan mengenai Sumayyah seperti contoh kumpulan Hijjaz dan Mawaddah.

Sambungan Kisah Abu Jahal….
Selepas itu, Abu Jahal terus menyeksa Yasir, hingga akhirnya dia melemparkan seketul batu besar ke kepalanya. Dan akhirnya Yasir pun mendapat syahid di situ menyusuli isterinya, Sumaiyah yang syahid terlebih dahulu. Anak Yasir, Ammar juga tidak luput daripada kekejaman Abu Jahal. Dia diseksa dengan seksaan yang sangat berat. Nabi Muhammad SAW tidak mampu berbuat apa-apa kecuali menghiburkan hatinya seraya berkata, “Semoga kesabaran keluarga ada pada keluarga Yasir. Maka tempat pertemuanmu sekalian adalah syurga.”
Ketika Ammar diseksa dengan cara dipanggang di atas api, Nabi berdoa baginya, “Ya Allah, jadikanlah api itu sejuk dan berilah keselamatan bagi Ammar sebagaimana yang telah engkau berikan  keselamatan bagi Ibrahim.”  Dan ternyata benar. Ammar tidak langsung merasakan panasnya api tersebut bahkan Ammar pada ketika itu tidak merasakan apa-apa pun yang berlaku ke atasnya.
Abu Jahal tidak merasa puas menyeksa orang-orang lemah dari kaum muslimin, bahkan dia juga mengancam para pembesar kaum dan apabila adanya seorang pedagang yang masuk Islam, dia akan berusaha menghalang perdagangannya agar tidak laku bahkan sekiranya terdapat seorang pemimpin yang masuk Islam, dia kan bertindak mengejek dan menjatuhkan maruahnya/ kehormatannya sehabis mungkin.
Dalam satu riwayat diterangkan bahawa Abu Jahal pernah menampar Fatimah Az-Zahra, puteri rasulullah SAW.
Fatimah mengadu kepada Abu Sufyan. Maka Abu Sufyan berkata kepadanya, “Tamparlah dia. Allah telah memburukkannya.”
Maka Fatimah lalu menampar Abu Jahal sedangkan Abu Jahal tidak berkuasa membalasnya.
Ketika Nabi SAW mengetahui kejadian ini, baginda berkata, “Ya Allah, janganlah Engkau lupakan kejadian ini bagi Abu Sufyan.”

ABU JAHAL MENGEJEK NABI
Dia sangat agresif membakar semangat di kalangan orang-orang yang bodoh agar mengejek orang-orang Islam, saling mengerdipkan mata dan menghina mereka. Maka turunlah ayat Al-Quran tentang sikap orang-orang musyrik ini :

“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang mentertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengerdip-ngerdipkan matanya. Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: "Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat", Padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk Penjaga bagi orang-orang mukmin. Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir,”  (Surah Al-Muthafifin : 29-34)
Dikisahkan bahawa Abu Jahal pernah membeli seekor unta daripada seseorang yang bernama Al-Arasyi. Namun Abu Jahal sering menunda-nunda wang pembayarannya. Al-Arasyi meminta saranan daripada pemimpin Quraisy. Namun mereka tidak mempedulikannya sahaja., lalu mereka berkata, “Pergilah menemui Muhammad. Tentu dia mampu mengembalikan hakmu”.
Al-Arasyi menemui Rasulullah SAW, lalu bersama baginda dia menemui Abu Jahal. Nabi mengetuk pintu rumahnya dan meminta hak Arasyi. Abu Jahal gementar ketakutan dan  mengaku di hadapan Rasulullah SAW. Ketika Abu Jahal ditanya tentang kejadian ini, dia berkata, “Dia telah mengetuk pintuku. Kulihat seakan-akan rumahku ini hendak jatuh roboh di atas kepalaku. Maka, aku pun takut terhadap terhadap keselamatan diriku.”
Pada suatu saat dia pernah menghadang langkah nabi SAW dalam satu perjalanan seraya berkata, “Bukankah aku sudah melarangmu solat di samping Kaabah?”
Nabi menjawab dengan jawapan yang keras, “Apakah kamu hendak mengancamku sedangkan aku penduduk lembah ini yang lebih mulia untuk berseru?”
Maka Al-Quran menerangkan dengan lebih lanjut mengenai sikap Abu Jahal ini, dalam Al-Quran:
“Dan Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, Seorang hamba ketika mengerjakan shalat, Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran, Atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)? [1590] ,Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling? Tidaklah dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya kami tarik ubun-ubunnya[1591],  (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka Biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), Kelak kami akan memanggil malaikat Zabaniyah[1592], Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).” (Surah AL-Alaq : 9-19)

Penerangan :
[1590]  yang dimaksud dengan orang yang hendak melarang itu ialah abu Jahal, yang dilarang itu ialah Rasulullah sendiri. akan tetapi usaha Ini tidak berhasil Karena abu Jahal melihat sesuatu yang menakutkannya. setelah Rasulullah selesai shalat disampaikan orang berita itu kepada Rasulullah. Kemudian Rasulullah mengatakan: "Kalau jadilah abu Jahal berbuat demikian pasti dia akan dibinasakan oleh Malaikat".
[1591]  Maksudnya: memasukkannya ke dalam neraka dengan menarik kepalanya.
[1592]  Malaikat Zabaniyah ialah malaikat yang menyiksa orang-orang yang berdosa di dalam neraka.

Dia menjanjikan kepada para pemimpin Mekkah bahawasanya, dia akan melempar kepala Muhammad hingga pecah dengan sebuah batu ketika saat baginda sedang sujud. Dan ketika dia ingin melaksanakan niatnya itu, tiba-tiba badannya bergetar dengan kuat seraya menggigil. Mereka bertanya tentang kejadian ini. Maka Abu Jahal menjawab, “ Aku telah melihat sebuah parit, fatamorgana dan sayap.”
Lalu nabi SAW berkata , “ Rupanya malaikat telah mendatangi dirinya. Andaikata dia berani mendekati Muhammad pada waktu itu, tentu Malaikat akan menariknya sedikit demi sedikit.”
Kerana tindakan Abu Jahal yang sangat kejam dan buruk ini, telah mendorong Hamzah Bin Abdul Muthalib masuk Islam. Pada suatu hari, Rasulullah SAW telah berjalan ke Safa’. Lalu Abu Jahal menyakiti baginda, yang kebetulan dilihat oleh hamba perempuan Abdullah Bin Jad’an. Pada waktu itu pula, Hamzah sedang pulang ke rumah sambil menyandang busurnya. Ketika hamba perempuan itu memberitahukan tindakanAbu Jahal terhadap Rasulullah SAW, dia sangat marah, lalu bergegas menemui Abu Jahal sendirian yang sedang berkumpul bersama para pemimpin Mekah, memukulkan busurnya terhadap Abu Jahal sehingga melukai dirinya, seraya berkata, “Hai orang melarat lagi besar punggungnya, kamu telah mencaci anak saudaraku. Ketahuilah, aku sudah berada pada agamanya.”
Kemudian Hamzah berkata lagi, “Hadapilah aku bila kamu mahu!”
Namun, malangnya, nampaknya Abu jahal merasa amat takut. Lalu dia berkata kepada orang-orang sekitarnya, “Biarkanlah dia, kerana aku telah mencaci maki saudaranya dengan cacian yang buruk”.

ABU JAHAL MEMIMPIN PENGEPUNGAN
Ketika orang-orang Quraisy memutuskan hubungan dengan Nabi SAW dan orang-orang satu suku kaum dengan Abu Thalib, maka Abu Jahal menyediakan dirinya sebagai pengawal yang bertugas bagi mengawasi setiap jalan. Dia akan mencegah setiap bantuan yang akan diberikan kepada orang-orang yang berada dalam pengepungan. Dia juga mendengar sendiri rintihan anak-anak kecil yang menanggung penderitaan namun langsung tidak dihiraukan olehnya.
Hasyim Bin Amru Bin Amir bin Lu’ay juga merasa terseksa dengan kejadian ini. Maka, dia pergi menemui temannya, Zuhair bin Umaiyyah Al-Makhzumy, seraya berkata kepadanya, “Wahai Zuhair, relakah kamu seperti yang kamu ketahui?” Ibu Zuhair, Atikah Binti Abdul Muthalib adalah saudara Muhammad SAW.
Zuhair berkata, “Celaka kamu!!!. Apa yang dapat kuperbuat hanya seorang diri seperti ini? Demi Allah, andaikata ada orang lain bersamaku, tentu sudah kulanggar isi shahifah (pengumuman yang bergantung di  sisi Kaabah)”
Hasyim Berkata, “Akulah orang lain itu.”
“Bantulah untuk mencari orang ketiga.”
Akhirnya mereka berhimpun sebanyak lima orang. Lalu Zuhair yang memulai berkata, “Wahai penduduk Mekah, kita dapat menikmati makanan, menikmati minuman serta mengenakan pakaian, sedangkan Bani Hasyim langsung tidak dapat. Demi Allah, aku tidak akan tinggal diam sehingga shahifah yang memutuskan dan zalim itu koyak dan hancur.”
Abu Jahal berdiri dan berkata, “ Demi Allah, kamu berdusta. Shahifah itu tidak koyak.”
Zam’ah berkata, “Demi Allah, kamulah yang paling pendusta. Sebenarnya kami tidak rela terhadap penulisan shahifah itu ketika kamu menulisnya.”
Dengan suara yang rendah, Abu Jahal berkata, “Ini masalah yang sudah dimesyuaratkan dan di dalamnya terdapat manfaat.”
Allah memberi kekuasaan kepada rayap untuk merosak shahifah yang digantung di dinding Kaabah, sehingga yang tersisa dari papan tanda itu hanya tulisan nama Allah. Dengan begitu, Abu jahal pun merasa malu.

ABU JAHAL DAN ISRA’ MI’RAJ
Setiap hari Abu jahal berlalu di samping Rasulullah SAW, dan dengan nada mengejek dia selalu bertanya tentang ayat al-Quran yang diturunkan kepada baginda. Ketika sedang lalu berhampiran Nabi, dia beranya “Apakah ada sesuatu yang telah terjadi?”
Baginda menjawab, “Benar. Semalam aku telah diperjalankan dari Masjidil-Haram ke Masjidil-Aqsa.”
Abu Jahal bertanya lagi, “Apakah kamu sudah memberitahu kaummu tentang apa yang kamu katakan kepadaku ini?”
“Sudah,  “jawab nabi.
Lalu, Abu Jahal mengumpulkan manusia dan dia mengira inilah saat akhir daripada kenabian baginda, sebabnya mereka pasti tidak percaya akan apa yang ingin disampaikannya. Maka baginda pun bercerita kepada mereka apa yang telah dialaminya.
Mereka berkata bahawasanya peristiwa yang berlaku itu amat-amat sukar untuk dipercayai, “Engkau diperjalankan hanya sebahagian dari satu malam, dan sesudah itu, engkau sudah berada dihadapan kami.”
Mereka  mendatangi Abu Bakar dan menceritakan apa yang mereka dengari daripada Rasulullah SAW, sambil mengira bahawa Abu Bakar bakal menolak berita ini. Tapi dia menjawab, “Andaikata dia berkata seperti itu, maka itulah yang benar. Demi Allah, sesungguhnya aku membenarkannya tentang khabar yang datang kepadanya dari langit hanya dalam sesaat dari sebahagian malam atau siang.”
Sebagai bukti bahawa baginda benar-benar sudah diperjalankan dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa, maka baginda menceritakan tentang kafilah dagang milik Quraisy, di mana salah satu antara unta dalam kafilah itu ada yang melarikan diri dari rombongan. Baginda menyebutkan pula tempat kejadiannnya. Setelah kafilah itu tiba, mereka menyiasati kebenarannya. Maka, memang benar sebagaimana yang telah diceritakan oleh baginda SAW. Namun, mereka tetap bersikap sombong dan tidak mahu menerima kebenaran yang ada di hadapan mereka. Maka, turunlah Firman Allah yang menceritakan sikap mereka yang tidak mahu beriman walaupun sudah ada bukti yang menguatkan :
Telah dekat datangnya saat itu dan Telah terbelah bulan[1434]. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: "(Ini adalah) sihir yang terus menerus". (Surah Al-Qamar :1-2)
[1434]  yang dimaksud dengan saat di sini ialah terjadinya hari kiamat atau saat kehancuran kaum musyrikin, dan "terbelahnya bulan" ialah suatu mukjizat nabi Muhammad SAW. 


ABU JAHAL MEMPERSENDAKAN AL-QURAN
Ketika turun ayat yang mendedahkan tentang diri Al-Walid bin Mughairah, khususnya ayat dalam (Surah Al-Muatsir :26-30) :
Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. Tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu?. Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan [1527]. (neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Dan di atasnya ada sembilan belas (Malaikat penjaga).
[1527]  yang dimaksud dengan tidak meninggalkan dan tidak membiarkan ialah apa yang dilemparkan ke dalam neraka itu diazabnya sampai binasa Kemudian dikembalikannya sebagai semula untuk diazab kembali.
Maka Al-Walid merasa ketakutan yang amat. Namun, Abu Jahal segera menghiburkannya seraya berkata, “Apakah setiap seratus orang di antara kita tidak mampu menghadapi satu malaikat?”
Maka turunlah ayat berikut :  “Dan tiada kami jadikan Penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cubaan bagi orang-orang kafir.... (Surah Al-Mudatsir :31)

Maka, turun juga ayat Al-Quran kepada baginda SAW :
 “(Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum[1277]. Sesungguhnya kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang zalim. Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dan dasar neraka yang menyala.  Mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan. (Surah As-Shafat : 62-65)
[1277]  Zaqqum adalah jenis pohon yang tumbuh di neraka.
Ketika ayat-ayat ini sudah turun, maka Abu jahal bertanya tentang pohon zaqqum itu kerana dia tidak tahu, dan bagaimana mungkin ia boleh tumbuh di dalam neraka. Lalu dia berkata dengan nada mengejek , “Pohon itu tentunya seperti kurma Yatsrib yang dapat kamu makan.”
Lalu Allah menghinakan ucapan Abu jahal dengan Firman-Nya :
“Sesungguhnya pohon zaqqum itu[1378], Makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, Seperti mendidihnya air yang amat panas. Peganglah dia Kemudian seretlah dia ke tengah-tengah neraka. Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari) air yang amat panas. Rasakanlah, Sesungguhnya kamu orang yang Perkasa lagi mulia”[1379].   (Surah Ad-Dukhan : 43-49)
[1378]  Zaqqum adalah jenis pohon yang tumbuh di neraka
[1379]  Ucapan Ini merupakan ejekan baginya.

Meskipun begitu, ayat-ayat al-Quran telah menimbulkan rasa marah ketiga-tiga orang pembesar Quraisy yang zalim : Abu Sufyan, Abu Jahal dan Al-Akhnas Bin Abi Syariq. Mereka bertiga bersembunyi di sebalik kelambu Kaabah dan mendengarkan apa yang dibaca Nabi SAW. Mereka yang pada tadinya datang bersendirian, akhirnya saling berazam tidak akan  mengulangi lagi perbuatan mereka. Akan tetapi, pada malam kedua dan ketiga selepas itu, ternyata mereka masih mengulanginya lagi. Akhirnya mereka sepakat tidak akan mengulanginya lagi.
Sesudah kejadian itu, Al-Akhnas segera bertanya kepada Abu Sufyan, bagaimana pendapatnya tentang diri Muhammad. Namun, Abu Sufyan menjawab, “Aku tidak dapat memberi komen sedikitpun tentang diri Muhammad. Al-Quran turun kepadanya dan membuka keburukan diriku.”
Lalu  Abu Jahal menjawab, “Kita saling berbantah-bantahan sendiri, sedang Bani Abdi Manaf yang mulia dapat makan dan kita begitu pula. Mereka dapat minum, begitu pula kita. Sehingga kita laksanakan seperti penunggang kuda yang dipertaruhkan, maka mereka akan berkata, “Dari golongan kami ada seorang nabi yang kepadanya turun wahyu daripada langit. “ Lalu bilakah kita dapat meyakini hal ini? Demi Allah, kita tidak akan mempercayainya dan tidak akan membenarkan ucapan ini selama-lamanya.”

ABU JAHAL MENGHALANG ORANG-ORANG ASING
Serombongan utusan datang dari Habsyah untuk mendapatkan berita tentang Nabi SAW. Nampaknya berita tentang baginda sudah mereka terima, sehingga sebelum bertemu, mereka sudah memeluk Islam. Abu Jahal yang mendengar khabar kedatangan mereka bersikap keras terhadapnya seraya berkata, “Allah telah menggaggalkan segolongan manusia yang mengutusmu sekalian, memisahkan dari keluarga agar kamu menjadi murtad. Kamu datang kerana mendengar khabar tentang orang itu (Muhammad). Pertemuanmu dengan orang itu tidak akan berjalan lancar kecuali setelah kamu mahu meninggalkan agamammu dan kamu membenarkannya. Kami tidak akan melihat serombongan orang yang lebih bodoh daripada kalian.”
Tapi dengan cara yang halus mereka tidak mahu menanggapinya. Firman Allah tentang hal ini :
“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil". (Surah Al-Qashash : 55)

ABU JAHAL DAN HIJRAH
Ketika orang-orang musyrik mendengar para sahabat Nabi SAW pergi ke Yathrib dengan cara sembunyi-sembunyi dan menghindari pertemuan dengan mereka, maka mereka berkumpul di Darun Nadwah. Mereka mengatur gerakan  baru untuk menghadapi Muhammad SAW. Ada yang berpendapat untuk memenjarakan baginda hingga mati, ada yang berpendapat untuk mengusirnya dari bumi Mekkah, terserah ke mana pun baginda pergi. Namun Abu Jahal menyarankan atas bisikan syaitan, agar setiap kabilah memilih  seorang pemuda yang gagah perkasa dan dipersenjatai dengan pedang. Apabila baginda keluar rumah, maka setiap orang di antara mereka harus menebaskan pedang ke badan baginda, sehingga semua kabilah bertanggungjawab ke atas kematian Muhammad. Sesudah itu diharapkan Bani Abdi Manaf mahu menerima wang tebusan atas kematiannya. Tentang hal ini Allah berfirman :
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. (Surah Al-Anfal : 30)
Abu Jahal memutuskan agar para pemuda itu mengepung rumah Nabi. Tetapi Allah dapat mengeluarkan baginda dan membutakan pandangan mereka untuk seketika. Akhirnya mereka hanya mampu mendapatkan seorang pemuda yang sedang tidur nyenyak, iaitu Saidina Ali Bin Abu Thalib.
Abu Jahal bagaikan orang yang kehilangan akal pada waktu itu. Dengan geram dia lantas pergi ke rumah Abu Bakar, lalu bertanya kepada Asma’ tentang kepergian ayahnya, Abu Bakar.
Dengan nada suara yang keras, Asma’ menjawabnya. Tanpa menaruh belas kasihan terhadap wanita, Abu Jahal menampar Asma’ hinga telinganya  berdarah.  Mereka terus mencari  jejak  Rasulullah SAW dan Abu Bakar, hingga tiba berdekatan dengan gua yang dijadikan tempat persembnyian mereka.
Abu Bakar berkata dengan perasaan yang amat takut kepada nabi SAW, “ Wahai Rasulullah SAW, andaikata salah seorang antara mereka melihat ke mulut gua ini, tentu dia kan melihat kita.”
Dengan penuh keyakinan, baginda menjawab, “Wahai Abu Bakar, bagaimanakah pendapatmu tentang dua orang, sedang Allah yang ketiga disamping dua orang itu? Janganlah berduka, sesungguhnya Allah bersama kita.”

KEMATIAN ABU JAHAL
Setelah orang-orang Quraisy mengetahui bahawa kafilah dagang dapat dibebaskan, dan mereka bermesyuarat untuk kembali menghadapi kaum muslimin, maka Abu Jahal berteriak lantang, “Kita harus pergi ke Badar, menetap di sana selama tiga hari sambil menikmati arak, menabuh rebana dan mendendangkan nyanyian agar Muhammad tahu bahawa kita tidak takut kepadanya.”
Nabi memohon kemenangan lantaran sikap Abu Jahal selama ini, dan berdoa, “Ya Allah, dia telah memotong persaudaraan dengan kami dan mendatangi kami tanpa diketahui apa maksudnya. Maka binasakanlah dia esok hari.”
Dalam perang badar, dengan sikap yang amat-amat hina, dia telah membuka auratnya lalu bergabung dalam medan peperangan. Ada dua orang pemuda yang bertanya kepada Abdurrahman Bin Auf, bahawasaya di mana Abu Jahal berada. Setelah mengetahuinya, keduanya segera mendatangi Abu Jahal sambil menghunus pedangnya. Ibnu Mas’ud juga menyusul sehingga dia berjaya menindih di atas dadanya. Dalam  keadaan yang sudah tidak terdaya, dia masih sempat bertanya, “Pada saat ini bagi kemenangan siapakah negeri ini?”
Ibnu Mas’ud menjawab, Bagi Allah dan Rasul-Nya.”
Nabi SAW berkata tentang dirinya , inilah “Fir’aun umat”, Nabi membiarkan beberapa orang membunuhnya. Manakala Ikrimah yang sudah masuk Islam tidak lagi menyimpan rasa belas kasihan langsung terhadap nasib ayahnya yang kafir dan zalim itu.

Semoga Allah akan membalas segala perbuatan zalim yang telah dilakukan oleh Abu Jahal terhadap agama Islam serta utusan-Nya (Muhammad SAW) dan juga orang-orang Islam suatu ketika dahulu. Moga2 beliau ditempatkan dalam kalangan orang yang ditimpa azab yang amat pedih di akhirat nanti.

No comments:

Post a Comment